**Sudut Pandang Rumi**
Mulai lagi deh, sekolah ketiga gue sejak tahun terakhir SMA. Mungkin lo pada mikir kenapa bisa gitu. Gue dipecat dari sekolah-sekolah gue yang lain, ya gue emang mulutnya ember dan kayaknya itu bikin gue banyak masalah. Gue dipecat dari sekolah terakhir gue karena gue hajar tiga cowok dan sekolah berikutnya gue hajar kepala sekolahnya. Banyak orang bilang gue punya ego gede tapi gue sih nyebutnya percaya diri, lo gak boleh nunjukin ke orang kalau lo takut sama mereka dan lo harus tahu cara berantem.
Nama gue Rumi Richards. Umur gue 17 tahun dan gue tinggal sama Ayah dan ibu tiri gue. Gue juga gay, ya gue tahu siapa yang nyangka orang brengsek kayak gue gay, tapi gue suka cowok.
~ ~ ~ ~ ~ ~ ~ ~ ~ ~ ~ ~ ~ ~ ~ ~ ~ ~
"Rumi, waktunya sekolah."
Gue menghela napas, kenapa sih orang tua harus nyebelin banget. Gue bangun dan pergi ke kamar mandi terus mandi dan nyisir rambut. Gue dandan dan turun ke bawah, gue duduk di meja sementara ibu tiri gue bawain sarapan gue dan gue mulai makan.
"Siap buat hari pertama, sayang?" dia nanya.
"Bisa dibilang gitu." jawab gue.
Gue suka sama ibu tiri gue, orang-orang bilang ibu tiri itu jahat dan memperlakukan lo kayak budak tapi dia lumayan asik dan dia lagi hamil adik cewek gue.
Setelah selesai makan, gue naik lagi ke atas dan sikat gigi terus ambil barang-barang gue. Gue turun ke bawah dan bilang selamat tinggal ke mereka.
"Jangan bikin masalah ya, Nak." kata Ayah gue.
"Mungkin." gue nyengir ke dia.
"Dada Paige." kata ibu tiri gue.
Gue nyetir ke sekolah dengan musik nge-bass di telinga gue, gue emang suka gitu sih. Gue masuk ke sekolah dan keluar. Tempat ini kayak gereja, apa gue salah tempat? Gue tahu gue gak salah karena semua orang yang lari-larian ini remaja. Gue masuk ke sekolah, pas lagi gitu semua mata tertuju ke gue. Bisikan-bisikan bisa kedengeran tentang gimana gue kelihatan kayak pemberontak, gimana gue hot dan semua hal yang lo harapkan dari remaja pas gue masuk ke sekolah gue berhenti. Gue gak tahu harus ke mana. Seorang anak lewat di depan gue dan gue tepuk bahunya dia nengok dan senyum ke gue.
"Hai, lo anak baru ya, gue Chris mau gue tunjukin sekeliling?"
"Iya, dan gue Rumi."
"Senang bertemu, jadi kelas apa yang lo punya pertama?"
"Gak tahu, gue harus ke loker gue yang nomornya 333."
"Oke, ayo."
Kita jalan menyusuri koridor dan berhenti di loker dengan nomor 333 di atasnya gue masukin kode yang ada di hp gue dan buka lokernya. Gue denger orang-orang kaget di sekitar gue dan gue noleh buat lihat semua orang di sisi koridor ngasih jalan buat tiga anak, apa mereka anak raja atau gimana? Gue balik lagi ke loker gue dan seseorang nepuk bahu gue. Gue noleh dan ada tiga anak itu nyengir ke gue. Gue pikir mereka yang ngatur sekolah ini jadi gue tahu gue gak bakal bersikap lembut sama mereka.
"Lo anak baru kan?" yang di depan nanya.
"Gue gak mikir lo buta tapi iya gue anak baru." dia menyipitkan matanya ke gue.
"Jangan ngomong sama kita kayak gitu."
"Kecuali lo presiden, gue bakal ngomong sama lo sesuka gue." gue kasih mereka seringai jahat.
Chris berdeham.
"Um.. River, ini Rumi, dia baru aja datang jadi bisa gak lo tinggalin dia sendiri?"
Dia lihat Chris dengan ekspresi kesal terus balik lagi ke gue.
"Rumi ya? Apa! Ibu lo kehabisan nama." dia pasang muka sok-sokan cemberut.
Kemarahan menjalar di gue saat gue biarin tinju gue nyentuh rahangnya dan dia jatuh ke tanah. Berani-beraninya dia ngomongin ibu gue gue bahkan gak pernah ngomongin dia karena gue gak kenal dia.
Dia berdiri lagi dan megangin rahangnya.
"Bro, lo gila!" dia teriak dan ngusap rahangnya.
"Sama kayak ibu lo yang ngelahirin lo."
Dia maju ke arah gue dan gue senyum, siap buat nerima apa pun yang datang.
"Gak usah River, biar Jessie yang urus dia besok."
Anak laki-laki di sebelah kiri bilang. Megangin River.
"Oke, siap-siap kena pukul di hari kedua lo." mereka pergi.
"Gak sabar!" gue teriak ke mereka.
Bisikan mulai terdengar di sekitar kita.
Gue noleh ke Chris yang ada di sana membeku. Gue jentikkan jari di depan mukanya dan dia kedip beberapa kali.
"Bro, lo mulutnya ember, Jessie bakal bunuh lo."
"Siapa sih anak Jessie ini?" gue nanya.
"Jessie itu orang paling brengsek di sekolah, pemimpin dari tiga orang itu, dia serem gue gede bareng Jessie jadi gue tahu."
"Apa dia preman legendaris di TK atau gimana?"
Dia menghela napas.
"Jauhin dia Rumi dia masalah."
"Dan karena itu, gue bakal cari masalah sama dia besok." gue nyengir.
"Mending kita keliling sekolah aja."