Penebusan Tuan CEO

Author_Jossy

Completed

Introduction

Table Of Contents

Introduction

Manusia serigala

"Tapi semua bekas luka ini, mereka akan selalu mengingatkanmu tentang binatang buas diriku." Katanya dengan nada lirih, membelai bekas luka di wajahnya. "Tidak ketika mereka bisa diubah menjadi bekas luka yang indah." Jawabannya bergema dengan kebingungan dan ketidakpercayaan padanya. Bagaimana semua rasa sakit yang telah dia timbulkan padanya bisa berubah menjadi sesuatu yang baik? Seorang Miliarder yang hancur dan putus asa, depresi, dan gadis paling miskin dari semua gadis naif yang baru saja kehilangan segalanya dalam sekejap mata, dan ibunya baru saja memperdagangkannya seperti sampah. Mereka akan terikat bersama oleh sebuah kontrak sebagai suami dan istri hanya selama lima bulan. Semuanya tampak terkendali, sampai suatu malam kegilaan total yang memperumit segalanya. Dia telah melakukan dan mengorbankan begitu banyak untuknya, tidak meminta imbalan apa pun atau pernah mengeluh. Sebagai balasannya, dia meminta satu malam untuk memperlakukannya seperti istri yang penyayang yang seharusnya dia miliki. Suatu malam mereka menyerah dan kehilangan jiwa mereka satu sama lain, menandai awal dari dahaga mereka yang tak terpadamkan satu sama lain. Dalam jangka pendek, sebuah ikatan terbentuk. Apa yang terjadi jika mereka berdua melanggar aturan utama kontrak? Siapa yang akan menanggung kesalahan? Apa hukuman untuk pelanggaran seperti itu? Ketika perasaan muncul, bisakah mereka merangkulnya? Tapi apa yang terjadi ketika cinta sejatinya kembali? Orang yang dia sukai. Cinta pertamanya. Orang yang pernah membuatnya gila. Dia tidak kembali dengan tangan kosong. Dia hamil tujuh bulan dengan putra yang dia kira telah hilang. Apa yang akan dia lakukan? Tunggu... Malam-malamnya yang penuh gairah dengan istri kontraknya juga membuahkan hasil. Dia sedang mengandung anaknya. Akankah dia menikahi mereka berdua, atau siapa yang akan dia pilih?

All Chapters

Completed

BAB 1 TRAGEDI GANDA
BAB 2 Nyonya McCall
BAB 5 TERLAMBAT
BAB 6 LATIHAN. MENGENAL JEROL
BAB 7 MENGHANCURKAN DIRI
BAB 8 PERILAKU ANEH
BAB 9 PERKENALAN YANG GAGAL
BAB 10 TIDAK LAYAK
BAB 12 DEPRESI
BAB 14 BERANI MEMBANTU
BAB 15 KEMARAHAN
BAB 16 TERDAKWA
BAB 17 LUKA LAIN
BAB 18 CIUMAN DAN PANGGILAN ANEH
BAB 19 TANTANGAN
BAB 21 KEINGINAN UNTUK LUPA
BAB 22 MEMBUANG
BAB 23 SEBUAH KESEPAKATAN
BAB 24 AWAL DAN KEINGINAN YANG MEMBINGUNGKAN
BAB 25 PUJIAN YANG MEMBINGUNGKAN
BAB 27 JUDUL BARU
BAB 30 PROPOSISI LUAR BIASA
BAB 31 DESAHAN DI DALAM MOBIL
BAB 32 INTENS
BAB 33 PERBINCANGAN
BAB 34 MALAM PENUH GAIRAH
BAB 35 KEBINGUNGAN
BAB 36 BEBAS
BAB 37 HADIAH KEJUTAN
BAB 38 JOKE BURUK
BAB 40 TERJEBAK ANTARA KEPUTUSAN
BAB 41 IKATAN
BAB 42 KEBETULAN YANG INDAH
BAB 43 PASANGAN MALAM
BAB 44 BUSUR
BAB 45 PENGGANGGU
BAB 46 DIA KEMBALI
BAB 47 PERSETERUAN
BAB 49 INTEROGASI
BAB 50 PENGAKUAN. PASUKAN CADANGAN
BAB 51 RENCANA GAGAL
BAB 53 KONFRONTASI
BAB 54 MEMATA-MATAI. KEJUTAN
BAB 55 TUGAS YANG SULIT
BAB 56 KEKHAWATIRAN
BAB 57 MENGGALI KEBENARAN
BAB 58 KEKACAUAN
BAB 60 IKATAN BARU
BAB 61 KEINGINAN SEORANG IBU
BAB 63 MOTIFNYA
BAB 64 RASA BERSALAH
BAB 67 MEMOHON PENGAMPUNAN
BAB 68 REAKSINYA
BAB 69 PELARIAN
BAB 70 MOMEN ROMANTIS DI GUA
BAB 71 LAMARAN
BAB 72 MAKAN MALAM KELUARGA
EPILOG: PERNIKAHAN MEWAH
BAB 11 SESEORANG HILANG
BAB 39 KEJAIBAN YANG LUAR BIASA
BAB 73 PERBAIKAN
BAB 29 TINDAKAN YANG MEMBINGUNGKAN
BAB 62 KEJUJURAN YANG MENYAKITKAN
BAB 48 MENGUNGKAPKAN BERITA
BAB 3 KEPUTUSAN SULIT
BAB 28 KETAKUTAN! KEBANGKITAN MILIARDER
BAB 65 KEBIASAAN YANG MENGKHAWATIRKAN
BAB 13 KESALAHAN UNTUK WANITA HANTU
BAB 4 MEMUTUSKAN HUBUNGAN
BAB 20 JANJI
BAB 66 BERTEMU DENGAN SI BRENGSEK SOMBONG
BAB 26 PERMOHONAN YANG TAK TERBANTAHKAN
BAB 52 KECURIGAAN
BAB 59 SAKIT EMOSIONAL

BAB 1 TRAGEDI GANDA

Gue matiin alarm di samping tempat tidur gue, terus tendang selimutnya terus bangun dari ranjang sialan ini. Sumpah, gaya hidup kayak gini! Gue mandi kilat air dingin, ganti baju, terus jalan ke dapur buat nyiapin teh secepet mungkin. Gak mau ketemu mimpi buruk gue, ibu, pagi ini. Gak tau deh, masalah apalagi yang udah dia siapin buat gue hari ini. Atau yang lebih parah lagi, dipukulin. Pas tehnya udah jadi, gue masukin teh gue ke termos kecil gue terus kabur bawa keranjang kecil gue. Gak mau denger dia teriak-teriak gara-gara kejadian semalem, atau maksa gue beli sesuatu yang gak ada budgetnya. Gue udah ngesot-ngesot kaki sekitar tiga puluh menit, dan sekarang gue di sini, shock banget di muka gue. Apa gue salah arah ke toko gue? Gak, kan? Ini tempat gue kerja setahun terakhir ini. Ini tempat toko kecil gue berada. Iya. Dulu, karena sekarang udah gak ada lagi. Keranjang kecil gue jatuh ke lantai, dan pikiran gue blank. Ini gak mungkin serius terjadi sama gue. Toko gue dibongkar, dan orang-orang ini lagi masang fondasi buat bangunan lain, kayaknya. Kenapa gue gak dikasih pemberitahuan buat pindah? Kemanusiaan macam apa ini? Gue seret kaki gue yang gemeteran dan seluruh badan gue ke orang yang lagi merintah tukang bangunannya. Gue gemeteran, dan gue yakin semua orang bisa lihat itu. "Pak, permisi, pak?" Gue berusaha banget nahan air mata. "Pak, sebentar aja, tolong." Gue mohon, karena dia gak peduliin gue. "Maaf, kita gak nerima karyawan wanita. Sekarang berhenti buang-buang waktu gue karena lo bisa lihat, gue sibuk." Dia mau pergi tapi gue lari ke depan dia. Sibuk pala lo peyang! Gue juga harusnya sibuk ngepel toko gue dan ngerapiinnya sambil nunggu pelanggan, tapi gara-gara lo semua, toko gue udah gak ada lagi. "Gue gak lagi nyari kerja, oke? Gue cuma mau tau kenapa lo bongkar toko gue tanpa ngasih tau gue. Gue selalu bayar sewa tepat waktu. Jadi kenapa lakuin ini ke gue?" "Gue gak ngerti apa yang lo omongin. Gue yakin lo gak bayar sewa ke salah satu orang di sini, kan?" Gue perhatiin pekerja, dan kerumunan orang yang nonton di pinggir, tapi gue gak bisa nemuin orang yang nyewa toko ke gue dan ngaku itu punya dia. "Cari aja orang yang nyewain toko ke lo. Mungkin kalo lo nemuin dia, bos kita bakal ngasih hadiah ke lo karena kita juga lagi nyari dia. Kita lagi ngegugat dia karena bangun bangunan ilegal di tanah yang bukan punya dia. Permisi." Astaga! Tuhan, tolong selamatkan gue. Seharusnya gue nanya kenapa mereka hancurin barang dagangan gue juga, tapi gue mutusin buat hemat energi. Penjelasannya gak bakal ngerubah fakta kalo semua barang dagangan gue hancur, dan ngelihat argumen dia, gue gak punya kesempatan buat dapet kompensasi. Ya Tuhan, tolong jangan main-main sama gue kayak gini. Gue bakal celaka selamanya. Masalah apa ini? Ngambil keranjang gue dari lantai, gue inget pernah ngasih pembayaran gue ke rumah orang itu, Tuan Emilio, kalo itu beneran namanya dia. Gue nyelip di antara orang-orang dan lari ke arah rumah dia. Gak jauh dari sini. Beraninya lo ngerjain gue kayak gini, Emilio? Kalo gue tau ini yang udah lo lakuin, gue bakal milih buat lanjut jualan buah di pinggir jalan. Gue percepat langkah gue, lari kayak orang gila, air mata ngalir. Gue sampe di rumah yang gue tau punya Emilio yang ternyata penipu, dan mulai ngetok pintunya dengan marah, teriak manggil namanya. Setelah beberapa kali ngetok dan teriak nama dia, pintunya kebuka, dan gue mundur selangkah. Gue harap dia jelasin semuanya. Gue gak mampu hadapi semua ini. "Lo gila apa gimana? Siapa lo dan apa sih mau lo?" Itu bukan suara laki-laki. Gue liat ke arah wanita itu. Di belakangnya berdiri seorang pria dengan tinggi yang nyeremin. Dia bukan Emilio. Tapi gue yakin ini rumahnya. Kecuali.... gak. Gak. Gak! Mending gue gak langsung ambil kesimpulan. "Apa lo tiba-tiba tuli dan bisu?" Wanita itu membentak lagi. Apa dia gak tau cara ngomong pelan? "Maaf, Nyonya. Emilio-nya mana?" Gue tanya, berusaha keras buat tetep tenang. Mungkin mereka keluarganya? Mungkin keluarganya? "Gak ada Emilio di rumah ini. Cuma ada suami gue dan gue di rumah ini. Kecuali dia yang lo maksud Emilio." Dia nunjuk suaminya yang gak mungkin Emilio yang gue cari. Gue geleng kepala. "Kita baru pindah tiga hari yang lalu, non. Mungkin lo nyari penyewa sebelumnya yang gak kita kenal. Permisi." Pria di belakang wanita itu ngomong dengan suara beratnya. Setidaknya dia jawab lebih jelas dan gak kayak istrinya di sini. "Maaf udah ganggu, permisi." Gue bilang, dan gue balik badan mau pergi. "Cewek gila." Gue denger wanita itu bergumam, tapi gue gak nyalahin dia. Kenapa gue gak gila? Kenapa gue gak marah? Toko itu seluruh hidup gue. Kita bener-bener bergantung pada toko itu. Dan sekarang udah gak ada? Dalam sekejap mata, semuanya hilang. Gimana caranya kita hidup? Gimana gue mulai jelasin ini ke ibu? Gue mati. Bener-bener mati. Tagihan jatuh tempo minggu ini, dan uang yang gue punya gak cukup buat bayar sewa rumah. Gue harus gimana? Andai mereka ambil barang dagangannya dan nyimpennya buat gue. Gue bisa balik jualan lagi. Tapi sekarang, barang dagangannya hancur semua, dan gue gak punya modal. Gue mulai dari mana? Harus kemana? Apa ini akhir gue? "Awas!" Gue tersadar dari pikiran gue karena suara orang-orang teriak dan klakson mobil berbunyi terus-menerus, lampu mereka kedip ke arah gue. Sebelum gue bisa bereaksi, gue udah nyentuh tanah dengan bunyi yang keras. Semuanya terjadi terlalu cepet buat gue ceritain, tapi yang gue tau adalah gue udah ketabrak mobil. Gue coba angkat kepala gue dari tanah, tapi semua sel di tubuh gue nyerah, dan gue menyerah pada kegelapan yang menutupi dunia gue. Semuanya jadi hitam. Mungkin gue bener. Ini beneran akhir gue.

You Might Like

ALPHA YANG TERCURI

Kisah Gairah dan Hasrat di Kota Pangeran Lovecraft County

Mari Bercerai, Mantan Suami!

Lalu Aku Jatuh Cinta Padamu

Pengantin Naga

Cahaya dalam Kegelapannya