"Aku hamil, aku anaknya kakak iparku!"
Setelah lama, Jiang Shan tiba-tiba mendongak dan menatap tajam ke wanita yang berdiri di depannya: "Kamu gila ya? Berani ngomong gitu!"
Jelas, reaksi Jiang Shan hari ini sesuai dengan bayangan wanita itu.
Jiang Yu, alias sepupu Jiang Shan, sedang meliriknya dengan sombong dan mengeluarkan laporan tes kehamilan dari tasnya. Dia sangat cuek dan punya kebahagiaan kemenangan yang tak terkatakan.
"Sekarang anak itu udah sebulan setengah, kamu gak sebodoh itu kan sampe gak tau tulisan tangan suamimu!"
Tangan Jiang Shan gak bisa berhenti gemetar dengan laporan tes kehamilan itu. Melihat hasil diagnosis yang jelas di laporan itu, hatinya kayak dicekam erat sama tangan gede. Terus, dia gak bisa napas seketika.
Oh, gitu.
Jiang Shan akhirnya punya penjelasan yang masuk akal buat kelakuan aneh Bo Zihan.
Dia gak pulang seharian semalaman, bahkan dia gak jawab telepon. Ternyata, cowok ini ngasih kejutan gede banget!
Seluruh tubuhnya gak bisa berhenti gemetar. Mulut orang di depannya kebuka tutup, ngomong sesuatu. Dia gak bisa denger jelas. Dia cuma liat wajah Jiang Yu yang menang, yang penuh hinaan dan ejekan buat dia.
"Kenapa kamu lakuin ini ke aku?" Dari kecil sampe gede, dia selalu ngerawat Xiao Yu kayak adiknya sendiri, berharap bisa ngasih semua yang dia bisa.
Tapi, suami gak bisa dikasih.
"Karena kamu nyebelin." Mata Xiao Yu berbinar sedikit kebencian. "Jelas kita belajar bareng, tapi tiap kali kamu selalu dapet nilai lebih tinggi dari aku, semua orang muji kamu, semua orang suka kamu, cuma aku yang sendiri dan tersisih dan dibenci." Xiao Yu mengertakkan gigi mikirin masa lalu. "Jadi, kamu pantes. Kamu pantes suamimu jatuh cinta sama kamu. Ini balasan buat kamu."
Jiang Shan cuma ngerasa otaknya meledak.
Adiknya selalu mikir gitu tentang dia.
Jiang Shan mendekat dan memegang bahu Jiang Yu dan terus mengguncangnya: "Kamu gila?"
"Ah, kakak gak mau!" Saat wanita itu menjerit, Jiang Yu tiba-tiba terjatuh ke belakang, memegangi kepalanya dan jatuh ke tanah. Gak lama darah mengalir dari jarinya dan ke pergelangan tangannya. Dalam beberapa detik, warnanya merah.
Sentuhan hangat dan sakit di dahi, Jiang Yu secara alami tau apa yang terjadi.
"Darah..." Jiang Yu gak bisa gak ngangkat tangannya di depan matanya. Beneran sesuai dugaan, warnanya merah menyala. Jiang Yu, yang belum pernah liat pemandangan kayak gitu, beneran panik. "Tolong!"
Jiang Yu tau Bo Zihan bakal segera datang.
Beneran, kata-kata itu baru selesai diucapin, dan sosok tinggi di pintu mendorong pintu dan masuk. Matanya dengan cepat menyapu sekeliling, matanya menyempit, dan dia gak bisa gak teriak ke Jiang Shan: "Apa yang udah kamu lakuin kali ini!"
Setelah Bo Zihan berteriak, dia dengan cepat berjalan ke Jiang Yu dan berjongkok untuk memeriksa luka dengan hati-hati. Melihat dia cuma luka di kulit, dia berbalik dan menatap dingin ke Jiang Shan dan bertanya, "Ada apa?"
Situasi sekarang udah jelas banget.
Dan Bo Zihan, juga jelas datang buat membela keadilan buat Jiang Yu.
Jiang Shan mau jelasin, tapi pas dia mikir laporan tes kehamilan yang telanjang di depan matanya dan ngerasain tatapan dingin Bo Zihan, dia gak bisa ngomong sepatah kata pun, dan dia gak bisa nahan diri dan perlahan ambruk ke tanah di sepanjang meja.
Berpura-pura kuat lenyap seketika.
Jiang Shan gak ngomong, cuma ngasih Jiang Yu kesempatan.
"Zi Han, sepupuku mau bunuh aku, Zi Han, tolong aku cepet, aku takut banget."
Melihat penampilan Bo Zihan, Jiang Yu langsung mulai nangis, seluruh tubuhnya menyusut dalam pelukan Bo Zihan, penampilannya yang lembut dan menyentuh di matanya, terus gemetar.
Bo Zihan ngeliat lebih dekat luka di tubuh Jiang Yu dan liat darah masih merembes keluar dari dahinya. Dia memperkirakan lukanya gak kecil dan gak bisa ditunda. Jadi Bo Zihan ngangkat Jiang Yu dan melangkah keluar. Pas dia keluar, dia berhenti di tempat dan menjatuhkan kalimat tanpa melihat ke belakang: "Aku bakal beresin urusan sama kamu pas aku balik!"
Ini hukuman mati buat Jiang Shan.
Dia bahkan gak nanya apa yang terjadi sebelumnya, tapi langsung nyelesain masalah sesuai keinginannya sendiri.
Jiang Shan tau dalam hatinya kalau Bo Zihan ngomong kalimat ini ke dirinya sendiri, bahkan kalau dia gak nunjukinnya dengan jelas, bahkan kalau dia gak balik ngeliat dia dari awal sampe akhir.