Sudut Pandang Blossom
"Jauhi cowok-cowok, ya!" mama ku teriak waktu aku lari cepat menuruni tangga buat ngejar bus sekolah yang kayaknya bentar lagi dateng.
Hari ini, aku tuh kayak bola yang isinya saraf semua. Ini awal tahun baru, awal hidup baru buat aku sama mama. Dua minggu lalu, kita pindah dari Afrika ke Amerika Serikat buat kerjaan baru mama dan beasiswa sekolah ku di salah satu SMA paling keren di negara bagian California.
Paginya mendung, gak ada siapa-siapa selain aku yang nunggu di halte bus. Lima menit kemudian, bus sekolah kuning terang muncul dengan tulisan 'SMA Pacific' di atas kaca depannya.
Aku julurin tangan, busnya pelan-pelan terus berhenti di depan aku. Pintunya kebuka otomatis.
"Ini dia," bisik ku dalam hati sambil genggam ransel ku lebih erat terus naik.
Tatapan sinis dan tawa kecil nyambut aku pas aku lihat murid-murid lain dan mereka lihat aku. Aku langsung cari tempat duduk, deket jendela, terus matiin semua suara dengan buka salah satu buku pelajaran.
"Siapa tuh?" aku denger ada yang nanya dari belakang ku.
"Gak pernah liat deh," jawab yang lain. Makin banyak cekikikan dan aku langsung merosot di kursi, pengennya ngilang atau bus ini puter balik terus nurunin aku di tempat aku nemu bus ini.
Setelah tiga puluh menit pura-pura gak keliatan, busnya masuk ke parkiran SMA. Pintunya kebuka dan semua orang mulai keluar kayak pasir yang dituang ke pantai. Aku adalah butiran pasir terakhir yang turun. Aku pelan-pelan ikut yang lain masuk ke lorong yang terbuka, yang langsung aku sesali karena tatapan makin tajam dan komentar makin gak enak di setiap murid yang aku lewatin.
'Mereka ngeliatin apa sih?' aku nanya dalam hati sambil nyoba nyari loker ku dari kertas yang dikasih Kepala Sekolah ke mama ku waktu kita daftar tiga hari lalu.
'Loker 26T, Loker 26T,' gumam ku sambil ngitung. '23, 24, 25...'
"Woi!" seseorang teriak ke aku dan aku langsung kesenggol loker ku.
"Makanya jalan tuh liat-liat, anak baru!" yang lain nyinyir, bantuin cewek pertama yang gak sengaja aku tabrak.
"Ma... maaf," aku minta maaf. Mata mereka berdua kayak nyala ke aku sebelum mereka kibas rambut dan pergi.
Aku buka loker ku dan masukin buku-buku yang gak bakal aku pake buat pelajaran pertama. Bel bunyi dan aku jalan ke kelas pertama ku, atau setidaknya aku kira begitu.
Aku kesasar dan aku tau aku muter-muter gak jelas pas aku udah dua kali bolak-balik di loker ku.
"Kamu! Kenapa gak di kelas?" seorang cewek manggil dari belakang ku. Ternyata Ibu Tisdale, Kepala Sekolah.
"Maaf, Bu, saya anak baru dan agak nyasar," aku usahain ngomong padahal gemeteran ketakutan.
"Ah! Anak baru dari Afrika. Pelajaran pertama kamu apa?"
"Geografi sama Miss..."
"Miss Harris," dia nyambung. "Ikut saya."
Aku lakuin persis kayak yang disuruh dan ngikutin Ibu Tisdale. Dia cewek yang keliatan tegas dengan badan atletis dan kulitnya putih.
_______
"Selamat pagi," Ibu Tisdale ngomong waktu dia masuk ke kelas. Semua murid berdiri sampai dia ngasih isyarat buat duduk.
"Nona Harris, ini Blossom Wright. Dia murid baru di tahun terakhir ini dan dia bakal gabung di kelas kamu," dia bilang ke guru dan pergi ninggalin aku berdiri di sana, ngerasa lebih rentan dari sebelumnya.
"Halo Blossom dan selamat datang di Geografi. Kamu bisa duduk di sebelah Sophia. Sophia ada di baris pertama sebelah kanan," Nona Harris bilang ke aku.
Aku pasang senyum. Aku ngerasa nyaman. Nona Harris kayaknya baik dan dia nunjuk cewek yang warna kulitnya mirip aku. Aku langsung duduk di sebelahnya dan ngeluarin buku pelajaran buat ngejar pelajaran.
"Siapa yang bisa kasih tau aku nama-nama dari Tujuh badan air utama yang ada di dunia?" Nona Harris nanya.
"Pantai Malibu!" seseorang teriak dari belakang dan seisi kelas ketawa. Aku ikut ketawa biar keliatan gak ketinggalan.
"Jangan gitu, Zac," Nona Harris bilang. Terus matanya ngeliat ke aku. "Blossom, kamu tau?"
Aku tau tapi aku gak mau nunjukin diri aku di hari pertama.
"E...gak gitu deh," jawab ku.
"Kalo kamu tau jawabannya, mendingan ngomong aja," Sophia bisik.
"Teluk Meksiko. Laut Karibia. Laut Mediterania. Samudra Pasifik, Atlantik, Arktik, dan Hindia," aku jawab.
"Bagus," Nona Harris muji dan nulis jawaban ku di papan tulis.
"Sekarang, kita bakal kerja berpasangan. Kalian bakal pasangan sama orang yang duduk di sebelah kalian dan kalian punya waktu dua puluh menit buat milih salah satu dari badan air utama dan cari tau sebanyak mungkin tentang itu dalam hal geografi.
Contohnya, apa yang ada di bawahnya? Ada gunung berapi bawah laut? Pernah ada tsunami? Pernah ada badai? Mari kita bikin seru juga sama topiknya. Paham?"
"Paham, Nona Harris," kelas jawab dan kita mulai kerja.
_____
"Kita pilih yang mana?" aku nanya Sophia. Dia cantik banget dengan rambut hitam dan mata cokelat yang cocok sama warna kulitnya.
"Atlantik. Di sana banyak kegiatan kayak Badai setiap tahun. Kita bisa sebut, 'Tempat Lahirnya Angin.' Kita bisa riset tentang badai, kekuatannya dan negara mana aja yang kena dampak."
"Oke deh." Kita mulai kerja dan dalam dua puluh menit, kita udah punya dua halaman informasi.
Bel bunyi gak lama kemudian dan Sophia menghilang sebelum aku sempet minta buat jadi temennya. Aku ngeluarin jadwal kelas ku buat pelajaran selanjutnya.
Sastra Inggris sama Bapak James. Ruang 102.
Aku mulai nyari ruang 102 dan lagi-lagi, aku kesasar. Kenapa gak ada orang yang jadi pemandu buat bawa murid baru ke kelas mereka sih?