Terlahir Kembali sebagai Dokter Bedah: Kehidupan Kedua Ratu Mafia

R251

Completed

Introduction

Table Of Contents

Introduction

Manusia serigala

Alina, seorang bos mafia kejam yang dikenal sebagai "Janda Hitam," terbunuh dalam baku tembak, dikhianati oleh tangan kanannya sendiri. Namun, alih-alih mati, dia terbangun dalam tubuh seorang dokter muda yang lembut bernama Dr. Aileen Monroe. Dengan ingatan dan nalurinya yang masih utuh, Alina sekarang harus menjalani hidup sebagai seorang dokter di rumah sakit bergengsi sementara masa lalunya terus menghantuinya. Tetapi dunia medis tidak seaman yang dia kira. Sebuah konspirasi gelap mengelilingi kematian Aileen yang asli, dan Alina harus menggunakan kecerdasannya sebagai mantan pemimpin mafia untuk bertahan hidup dan mengungkap kebenaran. Alina berhasil beradaptasi dengan lingkungan barunya, tetapi mereka yang menginginkan Aileen mati masih mengejarnya. Tidak hanya itu, musuh dari masa lalunya mulai muncul kembali dalam kehidupan barunya—termasuk tangan kanan yang mengkhianatinya. Tidak menyadari bahwa Alina masih hidup dalam tubuh lain, dia tetap menjadi ancaman yang membayangi. Sekarang, Alina harus melarikan diri dari musuh Aileen sambil merencanakan balas dendam terhadap dirinya sendiri.

All Chapters

Completed

Bab 1 Pengkhianatan di Malam Gelap
Bab 2 Kelahiran Kembali dalam Tubuh Orang Lain
Bab 3 Dunia Baru yang Tidak Sepenuhnya Aneh
Bab 8: Pilihan Sulit
Bab 9: Rahasia di Balik Jas Dokter
Bab 10: Rumor Rumah Sakit
Bab 11: Penghapusan yang Disengaja
Bab 12: Penugasan Kembali
Bab 13: Kesepakatan di Pasar Gelap
Bab 14: Getaran Detak Jantung
Bab 15: Rahasia di Ambang Pengungkapan
Bab 16: Teror dari Musuh
Bab 17: Musuh Ingin Aku Hidup
Bab 18 Upaya Menyelamatkan Lana
Bab 19: Rute Kematian
Bab 21 Tekanan
Bab 22: Hidup di Ujung Ancaman
Bab 23: Menentang Penguasa
Bab 25: Desa di Kaki Gunung
Bab 26: Operasi Darurat
Bab 28: Ramuan Mematikan
Bab 29: Jejak yang Mencurigakan
Bab 32: Terperangkap dalam Konspirasi
Bab 33: Godaan di Tengah Kekacauan
Bab 34: Wabah Palsu
Bab 35: Kebencian yang Dibuat
Bab 36: Bukti di Mata Dunia
Bab 37: Kembali ke Kota
Bab 39: Tekanan Mental
Bab 41: Kematian Axel
Bab 42: Rahasia di Dalam Brankas
Bab 43: Arsip Kejahatan Marco
Bab 44: Transaksi Marco
Bab 45: Marco yang Kejam
Bab 46: Konspirasi Meja Operasi
Bab 47: Mencari Bukti Kejahatan
Bab 48: Hari Pengadilan
Bab 50: Misi dalam Badai
Bab 51: Napas di Tepi Es
Bab 52: Terperangkap di Jurang
Bab 53: Sesuatu di Bayangan
Bab 54: Keluar dari Jurang Es
Bab 56: Mengungkap Kejahatan Dokter Borgio
Bab 57: Bertarung Melawan Bos
Bab 58: Menyingkirkan Tersangka Utama
Bab 59: Direktur Baru
Bab 60: Jebakan Cinta
Bab 62: Ledakan
Bab 63: Jebakan Marco
Bab 64: Rencana Cadangan
Bab 67: Mencari Sekutu Baru
Bab 68: Pertemuan dengan Rival Lama
Bab 69: Kekalahan Marco
Bab 70: Kembali sebagai Dokter
Bab 71: Perdebatan dengan Leo
Bab 73: Harapan Palsu
Bab 74: Tempat Bersandar
Bab 75: Rencana Musuh
Bab 76: Keretakan yang Menganga
Bab 77: Musuh Membalas
Bab 78: Harga di Balik Kemewahan Ilusi
Bab 79: Kejutan Baru
Bab 80: Permainan
Bab 82: Janji
Bab 83: Konflik Batin
Bab 86: Perasaan yang Tersisa
Bab 87: Kecemburuan
Bab 88: Kejujuran
Bab 89: Perjuangan
Bab 90: Di Ambang Kehancuran
Bab 92: Kejutan Tak Terduga
Bab 93: Tanpa Penyesalan
Bab 94: Kembalinya Musuh Lama
Bab 95: Ular Berbisa
Bab 96: Laporan yang Menjatuhkannya
Bab 97: Kekuatan di Balik Alina
Bab 98: Keluarga yang Hilang
Bab 99: Masa Lalu Aileen
Bab 101: Rencana Jahat Felis
Bab 102: Teror Mematikan
Bab 103: Rencana untuk Menjebaknya
Bab 104: Sebuah Proposal yang Penuh Ancaman
Bab 105: Penolakan yang Mengguncangnya
Bab 106: Perjuangan Raja untuk Aileen
107: Antara Cinta dan Benci
Bab 109: Hukuman yang Memabukkan
Bab 110: Balas Dendam yang Berkobar
Bab 111: Dunia yang Tak Pernah Ia Ketahui
Bab 112: Klaim Kepemilikan
Bab 113: Melarikan Diri ke Velmora
Bab 114: Kembali ke Bungalow
Bab 115: Bangkit Lagi dari Keterpurukan
Bab 116: Kejutan di Klinik
Bab 117: Melembutkan Hati Aileen
Bab 118: Cincin
Bab 119: Kebenaran
Bab 120: Penculikan Alina
Bab 121: Menyelamatkan Alina
Bab 122: Sebuah Pengorbanan
Bab 123: Rahasia Raja
Bab 124: Waktunya Mengungkap Kebenaran
Bab 125: Kejujuran
Bab 126: Jebakan Musuh
Bab 127: Perpisahan Sementara
Bab 128: Kunjungan Tak Terduga
Bab 129: Pengkhianat
Bab 130: Ketika Hati Berbohong
Bab 131: Pelarian yang Membakar Dunia
Bab 132: Tertangkap oleh Damien Sekali Lagi
Bab 133: Penipuan
Bab 134: Perlawanan
Bab 135: Markas Rahasia Mahesa
Bab 136: Mengungkap Kebenaran dari Masa Lalu
Bab 137: Meninggalkan Kota
Bab 138: Pengungkapan Rahasia dari Masa Lalu
Bab 139: Memutus Ikatan
Bab 140: Rencana Sabotase
Bab 141: Rekan Rahasia Mahesa
Bab 142: Sekutu Mahesa adalah Musuh Alina
Bab 143: Waktunya untuk Penghancuran
Bab 144: Kekalahan Musuh
Bab 145: Pertarungan di Rumah Sakit
Bab 146: Godaan dalam Hubungan
Bab 147: Siapakah Pria Itu?
Bab 148: Tekanan Mental
Bab 150: Wahyu
Bab 151: Kekalahan Musuh
Bab 152: Tuduhan Palsu
Bab 153: Balasan untuk Mirza
Bab 155: Sebuah Fakta
Bab 156: Kunjungan dari Tamu Penting
Bab 157: Tuduhan Palsu
Bab 158: Ancaman Berbahaya
Bab 159: Jaring Kebohongan
Bab 160: Pengungkapan Sabotase Rumah Sakit
Bab 161: Kejatuhan Mella
Bab 162: Teror Misterius
Bab 163: Keamanan untuk Aileen
Bab 164: Menyusup ke Sarang Musuh
Bab 165: Pertempuran Melawan Musuh
Bab 166: Dunia Baru
Bab 167: Musuh di Balik Sekutu
Bab 168: Topeng Penguasa
Bab 169: Manusia AI
Bab 170: Menghancurkan Volkov
Bab 4: Konspirasi di Balik Kematian Aileen
Bab 38: Bekerja di Bawah Tekanan
Bab 55: Pengorbanan
Bab 61: Bersama Leo
Bab 72: Malam yang Gagal Terbakar
Bab 91: Harga Pengakuan
Bab 7: Menemukan Sekutu
Bab 24: Jalan Berbahaya
Bab 49: Terjebak Antara Hidup dan Kebohongan
Bab 66: Pengejaran di Jalan Raya
Bab 5: Kembalinya Naluri Mafia
Bab 6: Musuh dari Masa Lalu
Bab 30: Bahaya Semakin Mendekat
Bab 100: Tamu Tak Diundang
Bab 40: Musuh Sejati
Bab 31: Rahasia Gelap di Hutan
Bab 154: Mella yang Sombong
Bab 20: Ancaman Sebenarnya
Bab 27: Hasutan di Ujung Tombak
Bab 85: Kejatuhan Musuh
Bab 81: Perang Emosi
Bab 108: Kekuatan Tuan Raja
Bab 65: Kesalahpahaman
Bab 149: Alina Memulai Balas Dendamnya
Bab 84: Masalah Hati

Bab 1 Pengkhianatan di Malam Gelap

Hujan turun deres banget di tengah malam. Kilat menyambar di kejauhan, menerangi gudang tua di pinggiran kota, sekarang basah kuyup oleh genangan darah. Udara tebal dengan aroma mesiu yang menyengat, bercampur dengan bau logam darah—bau kematian yang tak salah lagi. Di tengah ruangan yang hancur, Alina, si ketua mafia yang ditakuti, berdiri babak belur dan terluka. Napasnya tersengal-sengal, tangan kirinya menekan perutnya yang berdarah, sementara tangan kanannya masih menggenggam pistol, pelurunya hampir habis. Di seberangnya, Marco—cowok yang paling dia percaya—berdiri dengan pistol berasap di tangannya. Tatapannya penuh arogansi, seolah menikmati pemandangan pemimpinnya yang goyah di ambang kematian. "Lo... ngianatin gue?" Suara Alina lemah, tapi matanya masih menyala dengan amarah. Marco terkekeh, melangkah mendekat. Di belakangnya, anak buah mereka—sekarang setia padanya—berdiri dengan senjata teracung, siap menembak. "Lo udah di atas terlalu lama, Alina. Sekarang giliran gue." Dia mengarahkan pistolnya tepat ke jantungnya. "Gue udah muak hidup di bawah bayang-bayang lo." Alina menggigit bibirnya, menahan rasa sakit yang membakar. Matanya yang tajam mengunci pada cowok yang pernah dia anggap sebagai saudara. "Gue percaya sama lo...." "Dan itu kesalahan terbesar lo." Dor! Sebuah peluru menembus dadanya. Waktu seolah melambat saat tubuhnya terhuyung mundur sebelum jatuh ke lantai dingin yang berlumuran darah. Hujan menetes melalui langit-langit yang bocor, membasahi wajah pucatnya. Penglihatannya kabur, suaranya tersangkut di tenggorokannya, dan tubuhnya menjadi mati rasa. Tapi tepat sebelum kesadarannya hilang sepenuhnya, satu janji membara di hatinya: Kalo gue dapet kesempatan kedua dalam hidup… gue nggak akan pernah percaya sama siapapun lagi. Dan dalam hitungan detik, kegelapan menelannya. --- Bip! Bip! Bip! Bunyi monitor jantung yang monoton bergema pelan. Aroma steril antiseptik memenuhi udara, tajam dan klinis. Alina tersentak, terbangun dengan napas tersengal-sengal. Penglihatannya kabur karena cahaya putih yang menyilaukan dari lampu di atas. Di sekelilingnya, beberapa orang berseragam putih dan biru menatapnya, mata mereka terbelalak kaget. "Mayatnya hidup!" Suara panik memecah keheningan. Seorang perawat menjatuhkan clipboard di tangannya, sementara yang lain mundur, wajah mereka pucat. Alina mengerutkan kening, berusaha memahami situasinya. Dia tidak lagi berbaring di lantai yang kotor dan berlumuran darah. Sebaliknya, dia berada di ruangan yang bersih dengan dinding putih dan lantai yang berkilauan. Sebuah infus menempel di lengannya, dan selimut putih bersih menutupi tubuhnya—sesuatu yang terasa asing. Seorang wanita berseragam medis bergegas ke sisinya, wajahnya masih menunjukkan sedikit rasa tidak percaya. "Dr. Aileen, kamu udah bangun?" Suaranya sedikit bergetar, tapi matanya bersinar lega. "Syukurlah, kami kira kamu nggak bakal selamat." Alina membeku. "Dokter?" Kata itu terasa asing di lidahnya. Bukankah dia seorang bos mafia? Kenapa semua orang memanggilnya 'dokter'? Perawat itu menawarkan senyum kecil, ragu-ragu sambil memeriksa vitalnya. "Amnesia sementara setelah pengalaman nyaris mati itu normal. Kamu harus istirahat, Dr. Aileen." Alina tetap diam, pikirannya kacau balau. Saat perawat itu pergi, dia perlahan duduk di tempat tidur dan menatap tangannya sendiri. Nggak ada luka tembak, nggak ada bekas luka. Kulitnya mulus—sangat berbeda dari tubuh yang penuh luka yang dia ingat. Tiba-tiba, sesuatu terlepas dari saku gaun rumah sakitnya—kartu ID kecil. Dengan jari gemetar, dia mengambilnya dan membaca namanya: Dr. Aileen Monroe Dokter Bedah, Rumah Sakit Internasional Bungalow. Kepalanya terangkat, matanya mengunci cermin di seberang ruangan. Itu bukan wajahnya. "Gue dokter?!" Alina membeku, menatap pantulan itu. Jantungnya berdebar kencang, napasnya memburu. Wanita di cermin... bukan dia. Dengan goyah, dia mendekat, seolah berharap pantulan itu akan berubah. Tapi tidak. Wanita di cermin tetap sama—mata hijau cerah, kulit mulus, dan rambut pirang panjang tergerai. "Nggak mungkin..." Suaranya nyaris berbisik, dipenuhi dengan rasa tidak percaya. Tangannya gemetar saat dia menyentuh wajahnya sendiri. Itu terasa nyata. Tapi ini bukan wajahnya. Di mana bekas luka pertempurannya? Di mana tanda-tanda kehidupan yang telah dia jalani? "Siapa ini...? Ini gue?" Pikirannya melaju kencang. Dia ingat segalanya—rasa sakit yang membakar saat peluru menembus dadanya, kehangatan darahnya yang tumpah, lantai dingin yang menjadi ranjang kematiannya. Dan Marco.... Kemarahan membara dalam dirinya. Marco, bajingan itu. Pengkhianat itu. Tapi sekarang? Dia hidup. Di tubuh orang lain. Tok! Tok! Ketukan di pintu menyentaknya kembali ke kenyataan. "Dr. Monroe? Apakah kamu baik-baik saja?" Dr. Monroe? Alina menahan napas, pikirannya berpacu. Dr. Monroe? Apakah itu dia sekarang? Mengambil napas dalam-dalam, dia memaksa dirinya untuk tetap tenang. Kalo dia benar-benar ada di tubuh orang lain, panik nggak bakal membantu. Tangannya perlahan meraih gagang pintu, memutarnya. Seorang perawat muda berdiri di ambang pintu, wajahnya dipenuhi dengan kekhawatiran. "Kamu udah lama di dalam. Kami khawatir kamu belum sepenuhnya pulih dari kecelakaan itu."

You Might Like

Alpha yang Mematikan

Hari-Hari Tanpa Beban

Pengakuan Cinta dari Las Vegas

Identitas Misterius Sang Istri

MISI SANG ALPHA BERIKUTNYA

Membangun Kerajaan Malaikat dari Klan Eagle